.
Siak (Outsiders) – Temaran lampu- lampu hias mengiringi geliat malam di kawasan Water Front City (WFC) Kota Siak. Bau khas sungai setelah diguyur hujan hampir dua jam lebih, seakan memberikan atmosfir berbeda. Decakan kagum saat memandangi tiap sisi lokasi tersebut sulit terhenti, apalagi bila dibandingkan dengan keberadaan tempat ini sepuluh tahun lalu.
Kontras sekali. Dulu hanya ada balok- balok kayu yang disusun vertikal menancap ke dasar sungai, sementara sebagian lagi melintang diatasnya sebagai titian agar kapal yang bersandar dapat melansir muatan ke darat. Kini keadaan berbalik 360 derajat. Seperti berada di negeri Aladin, semuanya telah disulap dengan nuansa bercorak modern, namun tetap menyisakan artistik Kerajaan Siak Sri Indrapura.
“Kalau dulu, selepas Magrib jarang orang mengitari Tepian Bandar Sungai Jantan ini karena tidak ada penerangan yang memadai. Tidak heran bila sepuluh tahun lalu Kota Siak secara keseluruhan dianggap kota mati setelah pukul 19.00. Tapi sekarang tak pandang waktu, mulai dari Senin hingga puncak malam Ahad, sepanjang koridor WFC menjadi salah satu tempat favorit, bukan saja bagi masyarakat Siak, namun bagi pendatang yang sengaja berkunjung,” demikian dikatakan Umar, warga setempat yang dijumpai ditengah keramaian suasana.
Umar dengan semangat menceritakan bahwa Tepian Bandar Sungai Jantan yang berhadapan langsung dengan Istana Siak, adalah spot destinasi wisata yang mesti dikunjungi, terutama pada malam hari.
Diiringi musik khas Melayu, terlihat air mancur di sisi kiri kawasan WFC menari- nari mengikuti irama, sementara warna lampu yang mengimbangi semprotan air setinggi lima hingga enam meter tersebut, silih berganti warna menambah semaraknya malam.
Kawasan sepanjang 885 meter ini membentang sepanjang tepian Sungai Jantan mulai dari depan Istana hingga klenteng Tua Hock Siu Kiong. Sore hingga malam adalah waktu yang tepat untuk menikmati suasana disana, apalagi telah tersedia pedestrian bagi pejalan kaki.
Bila pengunjung merasa lelah, tersedia bangku- bangku disepanjang sungai, sementara, tepat di sudut muara terdapat gazebo besar berbentuk kubah putih. Biasanya pengunjung berhenti disini untuk menikmati pemandangan sungai dan bila siang, akan terlihat jelas Benteng kuno di menjulang di seberang sebagai peninggalan masa kejayaan Kerajaan Siak.
Disayangkan, salah satu cagar budaya kota Siak yang menyatu dengan Sungai Jantan, yaitu Kawasan Pecinaan atau China Town, telah rata dengan tanah akibat kebakaran yang terjadi beberapa waktu lalu. Bila bangunan- bangunan tua tersebut masih berdiri kokoh, tentu saja akan menambah nuansa kota tua yang menggambarkan kejayaan Siak Sri Indrapura pada masa lalu.
“Kawasan tersebut dikenal sebagai kawasan lintas perdagangan sejak zaman dahulu hingga akhirnya terbakar beberapa waktu lalu,” ujar Umar menguatkan.
Tidak hanya malam hari, menjelang mentari membiaskan sinarnya, suasana WFC kembali semarak dengan masyarakat yang memadati lokasi ini dengan berbagai aktifitas, mulai dari jogging, bersepeda, berolahraga hingga kegiatan senam kebugaran. Baik dilakukan secara individu maupun berkelompok.
“Setiap Ahad pagi atau hari libur, memang seperti ini keadaan Water Front City. Selalu ramai dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan sejak lokasi ini dibangun Pemerintah Kabupaten Siak dan sebagai masyarakat, kami sangat menikmati keberadaannya karena dapat dijadikan sarana hiburan bagi keluarga disamping melakukan aktifitas olahraga,” ujar Amir, warga setempat yang ditemui Outsiders.
Keramain WFC mulai menyusut setelah matahari mulai terasa menyengat kulit. Menjelang pukul 11.00 wib, kegiatan tanpak mulai berkurang dan masyarakat beranjak meninggalkan lokasi. Sementara sejumlah petugas terlihat menyelesaikan pekerjaan mereka untuk menjaga agar keadaan disana tetap bersih dan tertata rapi.
.
Pewarta : Syam Irfandi