Ekspedisi Ikan Merah menyusuri Sungai Serkap

Oleh Rosyita Hasan

Hewan melata, mulai dari ular berbisa yang mematikan, hingga buaya sepanjang lima meter, menemani ekspedisi kami menelusuri Sungai Serkap, bekas jalur illegal logging yang sudah lama ditinggalkan. Rawan tersesat di belantara rawa adalah rintangan lain yang menjadi tantangan perjalanan serta pemicu adrenalin rombongan.

Pandanganku tertumpu pada sebuah jurnal ilmiah Volume 7 Nomor 2/ 2015 terbitan Indonesian Fisheries Policy Journal yang berada di atas tumpukan buku meja kerja.

Detik berikutnya aku mulai terbenam dalam keasyikan memperhatikan satu persatu setiap bagian pada jurnal tersebut dan berhenti pada sebuah tulisan berjudul “Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Sungai Serkap Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau”.

Selain terkenang pada saat kuliah S2  di Universitas Kebangsaan Malaysia, tulisan tersebut juga mengembalikan ingatanku bersama rekan- rekan menelusuri Sungai Serkap, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau dalam rangka mengikuti riset biota sungai di sana sekitar akhir Maret 2013 lalu.

Ekpedisi Ikan Merah, demikian kami menyebutnya. Tujuan ekspedisi ini salah satunya untuk meneliti keberadaan Ikan Merah atau latinnya genus Pectenocypris, sejenis ikan hias dengan daerah endemi hanya di kawasan Sungai Serkap, Tasik Besar, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Informasi terakhir yang kuperoleh, dua jenis baru Ikan Merah yang ditemukan adalah Pectenocypris Nigra dan Pectenocypris Rubra.

Genus Pectenocypris (Ikan Merah) yang ditemukan di Tasik Besar, Kabupaten Pelalawan, Riau. (Dok. Dr Eko Prianto)

Kala itu, tak terbayang jalur yang kutempuh penuh rintangan, tidak hanya sekedar sungai yang diapit belantara, namun hewan liar seperti ular dan buaya membuat tubuhku bergidik ngeri.

“Lanjut …tidak…lanjut…tidak…lanjut…tidakk…tidak…lanjut…haruskah aku mencukupkan pilihan ini hingga 40 kali,” gumamku membatin. 

Pos terkait