Pekanbaru (Outsiders) – Setiap musim hujan tiba, bisa dipastikan akan muncul genangan air atau banjir disejumlah titik di Pekanbaru. Ini banyak dikeluhkan masyarakat dan menjadi fokus perhatian Dinas PUPR Kota Pekanbaru.
Dinas PUPR mencatat banyak titik genangan air dan banjir di Pekanbaru. Posisi genangan itu sendiri tersebar disejumlah ruas jalan di Penkanbaru. Kepala Dinas PUPR Kota Pekanbaru, Indra Pomi Nasution menjelaskan meski berada di wilayah Pekanbaru, namun tidak semua langsung ditangani oleh Dinas PUPR Kota Pekanbaru.
“Kita juga terikat dengan aturan dimana ada pembagian kewenangan untuk jalan. Seperti jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kota. Tentu yang bisa kita benahi adalah titik genangan yang berada di wilayah yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Pekanbaru saja, “jelas Indra beberapa waktu lalu.
Indra menyatakan untuk titik genangan yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Riau dan juga Kementrian PUPR, pihaknya terus berkoordinasi untuk mengatasi genangan diwilayah itu dengan pihak terkait. Seperti contoh untuk mengatasi genangan air di daerah aliran Sungai Sail, pihak Dinas PUPR Pekanbaru langsung berkoordinasi dengan Kementerian PUPR.
“Alhamdulillah, koordinasi kami dengan pihak Kementerian PUPR cukup berjalan baik. Beberapa titik genangan air di ruas jalan nasional sudah mulai berkurang seperti di Jalan Soebrantas. Begitu juga dengan pihak terkait di Pemerintah Provinsi Riau juga selalu kami libatkan untuk penanganan titik genangan air dan banjir di Pekanbaru,”imbuh Indra.
Data terakhir Dinas PUPR Kota Pekanbaru terdapat ratusan titik masalah dengan rincian 264 di wilayah menjadi kewenangan Kota Pekanbaru, 31 titik kewenangan Kementrian PUPR dan 28 kewenangan Pemerintah Provinsi, 18 yang masuk wilayah Kabupaten Kampar dan 22 titik ada ditengah masyarakat.
Indra menyebut, untuk mengatasi banjir dan titik genangan dalam Kota Pekanbaru sesuai kewenangannya banyak upaya yang sudah dilakukan. Antara lain melakukan normalisasi sungai dan pembersihan drainase.
Sejumlah anak sungai yang mengalami pendangkalan, dilakukan pengerukan, begitu juga halnya dengan drainase yang tersumbat juga dilakukan pembersihan. “Setiap hari tenaga OP kita turun untuk melakukan pembersihan drainase dan juga anak sungai yang dangkal, supaya air kembali bisa mengalir dengan lancar,” ujarnya.
Disamping juga Dinas PUPR juga secara bertahap melakukan perbaikan turap disepanjang aliran sungai di Pekanbaru. Indra menyebut dari 230.972 meter panjang sungai di Pekanbaru, sepanjang 25.767 Meter telah diturap, yakni 205.205 meter belum diturap dan ada 4.127 Meter yang turap dalam keadaan rusak.
Begitu juga dengan kerja sama antar pemerintah, propinsi dan daerah, dalam rangka revitalisasi catchment area Sungai Siak di daerah Tapung (Kampar & Rohul), normalisasi sungai & pembangunan drainase
“Yang sudah terealisasi seperti membangun infrastruktur pengendali banjir (pompa banjir dan tanggul di daerah bantaran sungai Siak) dan melakukan relokasi rumah warga & kebijakan pemukiman pada kawasan bebas banjir melalui penataan ruang,”jelas Indra.
Menurut Indra upaya lain dilakukan dalam mengatasi banjir dan genangan adalah implementasi regulasi berupa pengendalian melalui penataan ruang (RDTR/RTBL) ,sumur resapan pada setiap rumah melalui instrument IMB, pengaturan pembangunan pada sempadan sungai (GSS) dan rasion 70% :30% untuk kawasan terbangun.
“Yang paling penting juga adalah menggugah kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke dalam sungai atau juga drainase,”tekan Indra.
Lebih jauh Indra menjelaskan, untuk permasalahan titik genangan dan banjir di Pekanbaru dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor alam dan manusia.
“ Contohnya ada banjir kiriman karena sebahagian wilayah kota merupakan DAS Sei. Siak, banjir terjadi pada saat intensitas hujan tinggi pada hulu sungai akibat rusaknya catchment area di daerah Tapung. Back water (aliran balik), masuknya aliran air dari Sungai Siak ke jaringan anak sungai karena luapan Sungai Siak dan pengaruh pasang surut (laut) yang menyebabkan banjir pada daratan . Sementara topografi kota relativ rata/landai (20-50 cm dari laut /mdpl),”papar Indra.
Kondisi ini lanjut Indra, menyebabkan rendahnya kecepatan aliran air dari anak-anak sungai ke Sungai Siak, akibatnya kapasitas sungai cepat terpenuhi, dampaknya sistem drainase tidak berfungsi maksimal dan menimbulkan genangan air permukaan. Selain juga dipengaruhi karena Pekanbaru terletak diantara dua DAS, yaitu DAS Siak dan DAS Kampar .
Faktor lain juga diakibatkan berubahnya tutupan lahan (rusaknya catchment area) akibat pembangunan, menyebabkan berkurangnya daerah resapan air dan meningkatnya air permukaan.
Perubahan kontur tanah karena adanya kegiatan penimbunan (rekayasa geoteknik), menyebabkan terganggunya aliran air alami/ hilangnya anak-anak sungai kecil. Pembuangan sampah di aliran sungai atau drainase yang menyebabkan tersumbatnya drainase/ sungai.
Terjadinya pendangkalan sungai karena tingginya erosi/endapan akibat land clearing / pembuangan sampah ke sungai. “Adanya aktifitas/bangunan diatas system drainase, yang menyebakan berkurangnya kapasitas system drainase. Menurunnya permukaan tanah karena beban bangunan atau lalu lintas. Belum maksimalnya pelaksanaan kewenanangan penanganan system drainase antar pemerintah (pusat, propinsi & kota),”terang Indra lagi. (ADV)