Merangkai benang di Kampung Tenun Sukarara Lombok

Penenun Desa Sukarara terkenal sebagai pusat kerajinan tenun tradisional Lombok

Oleh: Winbaktianur

Beragam motif, warna dan ukuran kain tenun dan songket Lombok berjejer rapi di pusat oleh-oleh kota Mataram. Sembari melihat-lihat, saya bertanya kepada pemilik toko oleh-oleh, dimana saya bisa melihat langsung dan belajar tenun yang lokasinya tidak jauh dari pusat kota. Beberapa lokasi disebutkan serta bagaimana cara menuju lokasi. Saya tidak sabar untuk segera meluncur ke Kampung Tenun Sukarara (dibaca Sukarare) Kecamatan Jonggot Kabupaten Lombok Tengah yang menjadi destinasi pilihan.

Bacaan Lainnya

Desa Sukarara terkenal sebagai pusat kerajinan tenun tradisional Lombok. Di sini, pengunjung dapat menemukan berbagai macam kain tenun Lombok yang indah dan unik. Desa Sukarara juga menawarkan pengalaman wisata budaya yang menarik, pengunjung dapat belajar cara membuat kain tenun secara langsung dari para penenun local dan membeli kain tenun Lombok yang asli sebagai oleh-oleh.

Setibanya di Sukarara, sepanjang jalan desa, banyak dijumpai Perempuan sedang menenun dan memintal benang, serta beberapa rumah menyediakan lemari sebagai tempat memajang kain tenun. Di antaranya ada yang mengenakan pakaian adat Sasak. Mereka dengan sigap mendemonstrasikan keterampilan mereka dalam menenun.

Menenun bagi masyarakat Sukarara adalah tradisi yang mendarah daging. Mereka melestarikan warisan sejarah dan budaya Lombok dengan cara menenun kain songket. Selain itu, menenun juga menjadi mata pencaharian tambahan bagi masyarakat Desa Sukarara selain bertani sebagai mata pencaharian utama. Bagi gadis-gadis atau bunga desa Sukarara yang ingin menikah, syarat utamanya harus mahir menenun. Rata-rata gadis di Desa sudah bisa menenun sedari bangku sekolah. Gadis-gadis belia ini menyediakan waktunya untuk belajar dan membantu ibu atau nenek menenun benang menjadi sehelai kain. Hasilnya mereka tawarkan kepada toko oleh-oleh atau dijual langsung kepada pelancong yang mendatangi desa ini. Inilah yang menjadikan tradisi menenun kain secara tradisional tetap terjaga dengan baik.

Kain tenun Desa Sukarara memiliki keunikan tersendiri, yakni terdapat benang emas pada motif tenunannya. Meski secara garis besar tidak ada banyak perbedaan dengan kain tenun dari Desa lain di Lombok. Motif tenun Sukarara juga memiliki kerumitan yang berbeda dengan motif tenun yang lain. Kualitasnya tidak diragukan lagi, tenunannya sangat halus dan indah. Ini tidak lain karena semua kain tenun dikerjakan tangan dan tanpa bantuan mesin. Dikerjakan di rumah oleh para wanita dan ibu-ibu Desa. Benang yang dipakai adalah benang pilihan sehingga hasilnya sangat halus dan berkualitas. Nyaman dipakai serta warnanya tidak mudah luntur. Karena pewarnaan benang memakai pewarna alami dari getah tumbuh-tumbuhan.

Kain tenun di sini terbuat dari bahan alami, berupa kapas pilihan sebagai bahan utama, yang dipintal menjadi helaian benang. Benang tersebut diwarnai dengan pewarna yang berasal dari daun, akar, biji, kulit kayu dan bahan alami lainnya. Misalnya warna merah didapat dari sari biji pinang, akar mengkudu, kulit pohon, dan lain-lain. Warna biru dari tanaman tarum. Sedangkan warna abu-abu kebiruan dihasilkan oleh tanaman suji dan daun mangga. Setelah warna yang diinginkan diperoleh, benang dicelupkan ke dalam wadah berupa ember berisi warna berbeda. Langkah pewarnaan ini memakan waktu beberapa hari hingga benang kering setelah diwarnai.

Setelah benang diwarnai, benang kemudian ditata dalam alat penenun. Alat pemintal benangnya saja masih menggunakan potongan bambu yang dirangkai dengan benang juga yang dibuat menyerupai roda yang dapat diputar secara manual oleh si pembuat. Setelah benang ditata, proses menenun dimulai. Proses menenun sebuah kain tenun dimulai dengan menghani, memasang benang lungsi, pencucukan pada gun, pencucukan pada sisir, dilanjutkan dengan mengikat benang lungsi pada bun kain, penyetelan, menenun dan setelah selesai tenunan dilepas dari alat tenunnya.

Motif Sukarara biasanya memiliki warna-warna yang lebih lembut seperti coklat, krem, dan putih. Proses pembuatan kain tenunnya tak sama dengan proses pembuatan kain tenun lainnya. Motif kain tenun Lombok Sukarara masih asli, di antara beberapa motif yang biasa diburu seperti motif Keker, Subanala, dan Nanas. Motif Keker biasanya memiliki gambar burung bangau yang berhadapan. Sedangkan motif Subanala merupakan motif yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi dan waktu pengerjaan paling lama. Untuk menghasilkan sehalai kain, dibutuhkan waktu sekitar satu minggu hingga satu bulan tergantung pada tingkat kesulitan motif dan ukuran kain. Untuk sehelai selendang membutuhkan waktu sekitar 3-5 hari.

Merasa melihat proses menenun, saya berkeliling didampingi oleh salah seorang petugas di Kampung Tenun ini, menurutnya untuk warna yang dipilih ketika menenun biasanya bergantung pada suasana hati sang penenun. Jika suasana hatinya sedang gembira atau bahagia maka Perempuan penenun akan memilih warna yang cerah.

Setiap motif yang tertuang pada kain dipercayai bahwa penenun harus mendapatkan mimpi terlebih dahulu sebelum mereka membuat kain tenun. Kemudian menuangkan cerminan kehidupan yang muncul dari mimpi mereka dalam tenunan yang sarat makna. Selain itu, masyarakat Sukarara patuh pada pantangan bahwa kain tenun tidak boleh dibuat ketika ada saudara yang meninggal. Jika pantangan ini dilanggar maka bisa saja hal yang buruk akan terjadi pada penenun bahkan sebelum ia selesai membuat sehelai kain seperti misalnya mendapat musibah atau terkena kutukan bahkan hingga kematian.

Sebelum meninggalkan Kampung Tenun ini, jangan lupa berfoto di rumah adat suku sasak mengenakan pakaian adat suku sasak. Jangan khawatir, pakaian adat tidak dipungut bayaran bahkan akan dibantu untuk memilih motif dan warna yang cocok serta dipandu untuk mengenakannya. Pakaian adat untuk perempuan disebut dengan lambung sedangkan pakaian untuk laki-laki disebut dengan pegon. Jangan sungkan minta bantuan kepada petugas untuk mengabadikan kenangan dengan jepretan terbaiknya.

Untuk menuju ke Desa Sukarara, Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum seperti taksi atau angkutan kota. Untuk menuju ke Kampung Tenun Sukarara dari Kota Mataram, Anda dapat menggunakan jalur Mataram-Cakranegara-Kediri-Sukarara. Jika Anda memilih jasa angkutan umum seperti delman, Anda bisa melewati jalur Mataram-Bertais-Praya dan turun di Renteng, akan tetapi waktu tempuh lebih lama. Pilihan angkutan umum dari Bertais ke Praya dan turun ketika mendekati daerah Puyung, dilanjutkan dengan menggunakan jasa ojek menuju Sukarara dengan tarif sekitar Rp 25.000-Rp 40.000. Jika titik keberangkatan dari Mataram, jaraknya sekitar 25 kilometer. Namun, saya menyarankan untuk menyewa mobil agar lebih nyaman dan fleksibel. Mobil dapat disewa di Mataram dengan tarif sekitar Rp 300.000 per hari atau menyewa sepeda motor dengan tarif mulai dari Rp 85.000 per hari.

Tiket masuk ke Kampung Tenun Desa Sukarara dibanderol gratis alias tidak dipungut bayaran dan buka setiap hari. Harga kain tenun Lombok berupa kain songket dan tenun ikat bervariasi tergantung dari model, bahan, dan desainnya, mulai dari Rp 50.000 per helai hingga jutaan rupiah. Tergantung ukuran, motif dan tingkat kerumitannya. Juga menyediakan beragam jenis dompet, tas, topi, keris dan masih banyak lagi dengan harga terjangkau. Tidak berminat untuk membeli? Tidak masalah, kampung tenun Sukarara terbuka untuk siapa saja untuk berkunjung tanpa harus membeli.

 

Winbaktianur

Akademisi UIN Imam Bonjol, Penikmat Wisata & Budaya

Email: winbaktianur1978@gmail.com

 

 

Pos terkait