BELU (Outsiders) – Kepala Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Engelberthus Klau menerima menerima kunjungan kelompok Dosen Peneliti Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Aula Lantai 2 Gedung Utama PLBN Motaain, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) Senin (20/04/24) lalu.
Kedatangan kelompok Dosen Peneliti IPDN ke PLBN Motaain dalam rangka melakukan penelitian dengan topik yaitu pertama “Pengembangan Potensi Ekonomi Perbatasan melalui Kerjasama Lintas Batas: Studi Kasus pada Perbatasan Indonesia dan Timor Leste” dan kedua “Pembangunan Kawasan sekitar Pos Lintas Batas Negara Motaain, Belu, Nusa Tenggara Timur pada Perbatasan Negara Indonesia dengan Timor Leste”.
Dalam diskusi bersama Kepala PLBN Motaain, Engelberthus Klau di Aula Lantai 2 Gedung Utama PLBN Motaain, menjelaskan secara singkat tentang Pengelolaan PLBN Motaain yang meliputi Pengelolaan Kawasan PLBN Motaain yang terdiri dari Zona Inti dan Zona Penunjang dengan unit-unit bangunan pendukung pelayanan lintas batas negara, alur pelayanan perlintasan orang dan barang; aktivitas ekspor/impor serta aktivitas ekonomi pada pasar PLBN Motaain.
Engel juga menjelaskan gambaran kehidupan masyarakat di sekitar perbatasan, potensi ekonomi ekonomi Masyarakat dan hubungan sosial budaya Masyarakat di perbatasan Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL), serta permasalahan-permasalahan yang terjadi di kawasan perbatasan Motaain.
“Kendala yang dihadapi yaitu, sejak tahun 2019 Pemerintah Timor Leste secara sepihak menghentikan penggunaan Pas Lintas Batas (PLB) sehingga menyulitkan warga sekitar perbatasan untuk saling mengunjungi dalam urusan adat istiadat/budaya/sekedar berbelanja di negara tetangga’’ terang Engel.
“Juga selama ini belum ada perjanjian kerja sama yang menetapkan Timor Leste menjadi negara tujuan migran,” tambahnya lagi.
Sementara itu, Dosen Peneliti IPDN, Dr. Eko Budi Santoso, MT, menyampaikan beberapa rumusan penelitian yaitu pertama kondisi infrastruktur dasar yang berkelanjutan untuk memenuhi kelayakan dan mampu membuat kawasan perbatasan berkembang. Kedua, Bagaimana pemenuhan kawasan perbatasan motaain sebagai frontliner yang baik dan membanggakan.
Data-data yang dibutuhkan untuk rumusan tersebut yaitu infrastruktur pendidikan dasar, menengah, dan atas serta Infrastruktur kesehatan seperti puskesmas, poliklinik, apotek, praktek bidan.
“Selain itu, infrastruktur fisik seperti jalan, penyediaan air bersih, saluran air/drainase, pengelolaan lingkungan termasuk Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)” ungkap Eko.
Eko Budi Santoso juga menjelaskan 3 dimensi yang akan diuji yaitu pertama, dimensi sosial budaya, Apakah terdapat event sosial budaya yang rutin maupun tidak rutin? Apakah ada tourism information center apakah ada guide yang tersertifikasi?
Kedua, lanjutnya, dimensi aspek fisik sosial budaya dan dimensi ketiga, menunjukkan kemajuan ekonomi. Dalam dimensi kemajuan ekonomi membahas tentang substansi terjadinya kegiatan perdagangan antarnegara yaitu ekspor impor, tersedia tempat perdagangan dan jasa seperti pasar/toko yang dapat diakses oleh orang asing.
Menanggapi hal tersebut, Kepala PLBN Motaain menjelaskan bahwa pada infrastruktur pendidikan terdapat 3 sekolah dasar, 1 sekolah menengah pertama, dan 1 Sekolah Menengah Kejuruan yang berada di Desa Silawan. Sedangkan pada infrastruktur kesehatan telah tersedia Posyandu, Pustu dan Puskesmas.
‘’Telah tersedia air bersih di PLBN Motaain, termasuk akses air PDAM sudah tersedia di Desa Silawan, Kementerian PUPR juga sudah membangun 13 unit sumur bor. Akses jalan lingkungan dalam perumahan masyarakat yang menghubungkan antar dusun cukup baik dengan cor beton dan terdapat 4 Kontainer Tempat Penampungan Sementara (TPS) Sampah yang berada di PLBN Motaain’’ tutur Engel.
Dirinya juga melanjutkan penjelasan bahwa, sarana prasarana yang terdapat di PLBN Motaain khususnya pada zona penunjang sering dimanfaatkan oleh lembaga kementrian dan pemerintahan daerah serta lembaga kemasyarakatan untuk kegiatan/acara sosial budaya.
Di PLBN Motaain, terangnya lagi, juga telah tersedia pasar yang dapat diakses oleh Warga Timor Leste pada setiap hari Selasa. Selain itu tersedia juga pelaku usaha informal seperti porter, ojek, dan mobil rental untuk melayani Masyarakat pelintas batas negara baik WNI maupun WNA.
‘’Kami berharap perlu adanya perhatian khusus terkait pembangunan masyarakat berkelanjutan untuk meningkatkan ekonomi Masyarakat di sekitar PLBN Motaain yang setiap hari beraktivitas sebagai pelaku usaha informal dengan menjual jasa terhadap pelintas seperti jasa porter, ojek, dan pengemudi rental mobil’’ ungkap engel.
Adapun kelompok Dosen Peneliti IPDN yang datang ke PLBN Motaain yaitu Dosen Peneliti, Dr. Ir. Dyah Peospita E, MP ; Dosen Peneliti, Sudarmono, SSTP, M. Si, Ph. D; Dosen Peneliti, Mutiar Fitri Dewi, S. Pd, M. Hum; Dosen Peneliti Eko Dr. Eko Budi Santoso, MT; Dosen Peneliti, Dr. Dra. Gatiningsih, MT dan Dosen Peneliti, Merintha Suryapuspita, S. AP, M. KP.
Seusai diskusi, Kelompok Dosen Peneliti IPDN meminta untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dari BNPP sebagai pengelola PLBN Motaain, serta melakukan koordinasi lebih lanjut bersama Camat Tasifeto Timur. (HH/**)