Menapak jejak di Titik Nol Ibu Kota Nusantara

Titik Nol IKN. Foto: Outsiders

Oleh: Winbaktianur

Hiruk-pikuk pemberitaan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) beberapa tahun terakhir ini menambah rasa penasaran saya untuk menyaksikan langsung wilayah ini. Beberapa waktu lalu, kesempatan itu datang. Setelah transit sekitar dua jam di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten, perjalanan berlanjut menuju Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan.

Bacaan Lainnya

Penerbangan ini memakan waktu sekitar 2 jam 15 menit. Namun, sebelum menuju IKN, saya harus melipir dulu ke Kota Samarinda. Balikpapan-Samarinda ditempuh dalam waktu sekitar 90 menit hingga 2 jam via tol Balsam (Balikpapan-Samarinda) sepanjang 98 KM. Jika menggunakan jalur jalan nasional dan arteri, membutuhkan waktu sekitar 4 hingga 4,5 jam. Setelah 2 hari di Kota Samarinda, kini waktunya menuju IKN di medio Desember 2023 lalu.

Pagi-pagi, saat tamu hotel masih meringkuk dalam selimut, saya bergegas menuju lobi hotel tempat saya menginap. Pihak hotel mengemas sarapan dalam kotak untuk dapat dinikmati dalam perjalanan. Jarak antara Samarinda-Titik Nol IKN sejauh 113 kilometer, dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam. Dari hotel, mobil bergerak menuju jalan APT Pranoto-Pintu Masuk Tol Palaran-Tol Balsam, dan keluar di Pintu Tol Samboja KM 38.

Lanjut menuju jalan Poros Samboja-Semoi-Petung-Simpang 3, dan belok kanan ketika bertemu dengan petunjuk arah Titik Nol IKN. Sepanjang perjalanan dari gerbang tol Samboja, di kanan-kiri jalan disuguhi perkampungan dan hutan lindung yang hijau Bukit Soeharto, Kecamatan Samboja. Kawasan ini merupakan hutan lindung yang cukup lebat pohon-pohon besar. Jalan sedikit bergelombang namun kondisinya mulus, walaupun cuaca panas tapi sinar matahari sedikit terhalang oleh pohon-pohon yang rindang.

Foto: Outsiders

Setelah melewati Bukit Soeharto, selama sekitaran 30 menit, saya menjumpai gapura bertuliskan Penajam Paser Utara dengan ukiran khas Kalimantan Timur. Ini menandakan bahwa sudah sampai ke wilayah sekitar IKN,  di Pemaluan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.

Memasuki area Titik Nol IKN, sudah berbaris cukup banyak kendaraan roda empat. Persis di hadapan Titik Nil IKN, pengunjung akan disuguhi tarian dan musik Dayak dari masyarakat setempat.Jika minat berfoto dengan pakaian tradisional Dayak, juga tersedia dengan menyisihkan sedikit biaya.

Menoleh ke belakang, pada Februari 2022, dibangunlah Titik Nol Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai bagian dari sejarah kebangkitan Indonesia menuju “Indonesia Emas 2045.” Monumen ini terletak di kawasan Ibu Kota Nusantara, yang merupakan lokasi pusat pemerintahan.

Titik Nol IKN berada di Pemaluan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Lokasi ini menjadi acuan pembangunan berbagai infrastruktur IKN, termasuk kompleks Istana Negara dan platform digital metaverse.

Winbaktiarnur, Penulis majalahoutsiders berfoto di titik nol IKN. Foto: Outsiders

Sebagai simbol Bhinneka Tunggal Ika, Presiden Indonesia Joko Widodo pada tanggal 14 Maret 2022 berkemah di Titik Nol IKN bersama Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor dan semua kepala daerah dari 34 Propinsi melakukan ritual menggabungkan tanah dan air dari seluruh wilayah propinsi di Indonesia.

Tanah dan air yang digunakan dalam ritual berasal dari berbagai tempat, seperti: Aceh membawa tanah dari Makam Sultan Iskandar Muda dan air dari Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh. Sumatera Barat memboyong tanah berasal dari kawasan Ophir, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat dan air dari Aie Angek Bukik Gadang di kaki Gunung Talang, Kabupaten Solok yang melambangkan kesuburan.

Tak ketinggalan Riau membawa serta tanah yang berasal dari masjid-masjid bersejarah seperti Masjid Raya Rengat yang dibangun tahun 1786, Masjid Raya Jami’ yang dibangun 1901, Masjid Raudhatul Jannah yang dibangun 1800, bahkan Masjid Raya Pekanbaru yang dibangun 1762.

Foto: Outsiders

Gubernur Riau, Syamsuar mempersembahkan tanah tersebut menggunakan tepak yang menurut masyarakat Melayu Riau berfungsi sebagai tempat menyimpan sirih, pinang, tembakau, dan kelengkapan untuk makan sirih. Air bersumber dari Sungai Siak, Sungai Kampar, Sungai Rokan, Sungai Indragiri dan Batang Kuantan. Air tersebut dimasukkan ke dalam buluh sebagai wadah penyimpanannya.

Jawa Timur juga membawa tanah dari Keraton Barat dan Timur Majapahit, Kedaton, dan Kumitir. Sedangkan, air diambil dari tujuh sumber di antaranya Panguripan, Jalatunda, dan Brantas. Sebagai tuan rumah, Kalimantan Timur memboyong air dan tanah yang diambil dari dua lokasi, yakni Kesultanan Kutai dan Kabupaten Paser.

Sulawesi Utara mengambil dari lokasi cagar budaya Watu Pinawetengan sumber mata air di kaki gunung Klabat. Gubernur Maluku, Murad Ismail membawanya dari Negeri Hila, lokasi gereja tua Imanuel, Masjid Tua Wapauwe dan Benteng Nieuw Amsterdam. Negri paling timur Indonesia, Papua  membawa tanah berasal dari 29 kabupaten dan kota di Bumi Cendrawasih, sedangkan untuk air disimpan menggunakan Jiwag, wadah mengambil air bagi masyarakat Papua.

Semuanya melambangakan simbol perjalanan Indonesia menuju masa depan gemilang.Titik Nol Ibu Kota Nusantara memiliki wilayah daratan seluas kurang lebih 252.660 hektare dan wilayah perairan laut seluas kurang lebih 69.769 hektare. Jika bertolak dari Balikpapan, maka pengunjung tetap keluar di Gerbang Tol Samboja, dengan jarak sekitar 55 kilometer atau 1 jam perjalanan darat. Penasaran dengan Titik Nol IKN? Segera berkemas dan jelajah IKN.

Winbaktianur
Akademisi UIN Imam Bonjol, Penikmat Wisata & Budaya
e-mail: winbaktianur1978@gmail.com

Pos terkait