“The Hostage’s Hero”: Ketika Layar Lebar Menyapa Kisah Keberanian Prajurit TNI AL

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali. Foto: dok Dispenal

Jakarta (Outsiders) – Suasana di Wisma Elang Laut, Menteng, Jakarta Pusat, terasa hangat oleh tepuk tangan dan senyum lega para kru dan pemain film The Hostage’s Hero. Setelah berbulan-bulan menjalani proses pengambilan gambar di laut, di kapal perang, dan di berbagai lokasi menantang, film yang mengangkat kisah heroik prajurit TNI Angkatan Laut ini akhirnya resmi menuntaskan syuting pada 19 Oktober 2025.

Penutupan kegiatan produksi ditandai dengan konferensi pers bertajuk “Pengenalan Karakter Film The Hostage’s Hero”, Kamis (23/10/2025). Hadir dalam kesempatan itu Laksamana TNI (Purn) (Hor) Ahmad Taufiqurrahman, Kadisjarahal Laksma TNI I.M. Wira Hady A.W., M.Tr.Opsla, Kadispenal Laksma TNI Tunggul, M.Han., serta para aktor dan aktris Tanah Air yang turut membawakan karakter prajurit laut di layar lebar.

Bacaan Lainnya

Film garapan Iswara Rumah Film ini bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah penghormatan terhadap keberanian prajurit KRI Karel Satsuitubun-356 dalam operasi pembebasan 36 sandera kapal MT Pematang di Selat Malaka tahun 2004. Peristiwa nyata yang sempat mengguncang itu kini dihidupkan kembali dalam bahasa sinema yang sarat nilai patriotisme dan kemanusiaan.

Foto: dok Dispenal

Kadispenal Laksma TNI Tunggul menyebut, The Hostage’s Hero adalah karya independen yang mendapat validasi dan dukungan penuh dari TNI AL. Lebih dari 70 prajurit, terdiri dari ABK, Marinir, dan Kopaska, turut terlibat langsung dalam proses produksi. Bahkan sejumlah alutsista, termasuk kapal perang dan helikopter, digunakan demi menghadirkan realisme yang otentik di layar.

“Film ini bukan hanya tentang operasi militer, tetapi juga tentang keberanian, persaudaraan, dan pengabdian tanpa pamrih. Kami ingin masyarakat melihat sisi lain prajurit laut, bahwa di balik disiplin dan ketegasan, selalu ada hati yang berani dan peduli,” ujar Laksma TNI Tunggul.

Laksamana (Purn) Ahmad Taufiqurrahman menambahkan, seluruh proses syuting berjalan lancar berkat dukungan penuh TNI AL, terutama saat pengambilan gambar di atas kapal perang. Ia berharap film ini menjadi jembatan antara dunia militer dan masyarakat sipil dalam memahami arti pengabdian di laut.

Foto: dok Dispenal

Menggabungkan elemen aksi militer, drama patriotik, dan riset sejarah, The Hostage’s Hero memotret perjuangan prajurit dalam menjaga kedaulatan sekaligus memperkuat citra positif TNI AL. Latar pengambilan gambar tersebar di lokasi strategis seperti Markas Besar TNI AL Jakarta, Koarmada II Surabaya, Gunung Bromo, Pantai Baruna Malang, serta dua kapal legendaris: KRI Dewaruci dan KRI Karel Satsuitubun-356.

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali dalam pernyataan terpisah menilai film ini sebagai karya penting dalam menumbuhkan rasa bangga terhadap jati diri maritim bangsa. “The Hostage’s Hero menunjukkan sisi lain perjuangan prajurit laut, yang tidak hanya menjaga batas, tetapi juga menjaga nilai kemanusiaan,” ujarnya.

Foto: dok Dispenal

Kini, film tersebut memasuki tahap pascaproduksi dan dijadwalkan tayang di bioskop seluruh Indonesia pada tahun 2026. Ketika layar nanti menampilkan ombak yang bergulung dan nyala bendera Merah Putih di atas kapal perang, The Hostage’s Hero diharapkan tidak sekadar menghibur, tetapi juga membangkitkan semangat untuk mencintai laut dan Tanah Air, tempat setiap keberanian berpulang.

Sejarah dan Nilai Legendaris KRI Dewaruci

KRI Dewaruci merupakan kapal layar legendaris milik TNI Angkatan Laut yang memiliki sejarah panjang sejak awal 1950-an. Kapal ini dibangun di galangan H. C. Stülcken & Sohn, Hamburg, Jerman Barat, pada tahun 1952, dan resmi diluncurkan pada 24 Januari 1953. Setelah penyelesaiannya, kapal dikirim ke Indonesia dan mulai aktif beroperasi pada Juli tahun yang sama.

Foto: dok Dispenal

Nama Dewaruci diambil dari tokoh dalam epos pewayangan Jawa. Sosok ini dikenal sebagai simbol pencarian jati diri, ketaatan pada guru, serta keberanian untuk menemukan kebenaran sejati. Nilai-nilai tersebut sejalan dengan semangat pendidikan dan pembentukan karakter para taruna Angkatan Laut yang belajar di atas kapal ini.

Secara teknis, KRI Dewaruci berjenis barquentine dengan tiga tiang utama yang masing-masing dinamai Bima, Arjuna, dan Yudhistira. Panjang keseluruhan kapal mencapai 58,3 meter dengan lebar 9,5 meter dan bobot mati sekitar 847 ton. Kapal ini dilengkapi 16 layar dengan luas total lebih dari 1.000 meter persegi, dan didukung mesin tambahan yang memungkinkan berlayar hingga kecepatan sekitar 10 knot.

Sejak awal masa dinasnya, Dewaruci difungsikan sebagai kapal latih bagi taruna Akademi Angkatan Laut. Di atas geladaknya, para calon perwira ditempa dalam pelatihan navigasi, kepemimpinan, dan disiplin pelaut sejati. Tak hanya menjadi ruang belajar, kapal ini juga menjadi duta diplomasi maritim Indonesia. Ia kerap berlayar ke berbagai negara dalam misi persahabatan dan ajang internasional seperti The Tall Ship Race, serta pernah mengelilingi dunia pada tahun 1964 dan 2012.

Dengan kiprah panjang selama lebih dari tujuh dekade, KRI Dewaruci kini diakui sebagai kapal bersejarah dan telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional. Sebuah tradisi khusus juga selalu dilakukan setiap kali kapal melintasi Selat Sunda, yaitu upacara tabur bunga sebagai penghormatan kepada komandan pertamanya, Kapten (P) August Friederich Herman Rosenow.

Kapal ini tidak hanya menjadi saksi sejarah dunia pelayaran Indonesia, tetapi juga simbol warisan maritim bangsa. Dalam konteks film The Hostage’s Hero maupun narasi diplomasi maritim, Dewaruci dapat dihadirkan sebagai representasi semangat bahari Indonesia: disiplin, pantang menyerah, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan. Visual kapal bertiang tinggi dengan layar menjulang membawa pesan bahwa menjadi penjaga lautan berarti juga menjadi penjaga kehormatan dan identitas nasional.

Pos terkait